Kamis, 26 Februari 2009

dukungan buat TN. Komodo....


Beberapa hari kemarin muncul polling untuk mendukung Taman Nasional Komodo menjadi tujuh keajaiban dunia, posisi sekarang menunjukkan di polling masih nomor 12. Sebagai orang Indonesi yang sedikit kecewa ketika Candi megah kita Borobudur gagal menjadi bagian dari tujuh keajaiban dunia, tentunya saya ikut serta dalam polling mendukung TN. Komodo ini.
Taman Nasional Komodo sebelumnya telah ditetapkan UNESCO menjadi situs warisan alam dunia dan cagar biosfir. Taman nasional ini dianggap mewakili sebagaian sisa kehidupan prasejarah dengan adanya si kadal raksasa “komodo” (Varanus komodoensis).

Taman nasional komodo mempunyai padang savanna yang luas dengan pohon lontar (Borassus flabellifer) serta berbagai tumbuhan lain yang mampu beradaptasi pada suhu yang panas menjadi habitat unik bagi Indonesia. Terdiri dari tiga buah pulau besar yaitu pulau Komodo, pulau Rinca dan pulau Padar serta 26 buah pulau besar/kecil lainnya. Sebanyak 11 buah gunung/bukit yang ada di Taman Nasional Komodo dengan puncak tertinggi yaitu Gunung Satalibo (± 735 meter dpl).

Saat ini yang menjadi ancaman adalah terancamnya keberadaan komodo karena berbagai hal, saya ajak kawan – kawan berandai – andai, misalnya populasi manusia di sana semakin banyak , kemudian terpaksa manusia – manusia ini membangun rumah di dalam kawasn konservasi, kemudian mereka berburu kijang untuk dijadikan makanan, kemudian kijang dan kawan – kawannya ini semakin berkurang, lalu supply makanan untuk komodo semakin berkurang juga…seringkali kita tidak menyadari adanya rantai makanan yang panjang yang terkait satu dengan yang lain yang menyebabkan ancaman tersendiri bagi satwa yang dilindungi. Atau suatu ketika habitat di sanan semakin rusak, pantai kotor penuh sampah, kemudian savanna terbakar, ruang gerak bagi komodo semakin menyempit, maka merekapun berebut untuk hidup, bertarung demi tegaknya hukum rimba…maka berkuranglah populasinya….atau rantai makanan itu terputus ketika nelayan disekitarnya mencari ikan dengan cara bom atau racun, rantai makanan terputus dan akibatnya…ujung – ujungnya populasi komodo semakin sedikit.

Kalau terjadi semua itu apalagi yang bisa dibanggakan dari Taman nasional ini kalau komodonya tidak ada….??..kalau kita sudah berkomitmen menjadikan taman nasional ini menjadi keajaiban dunia berarti kita juga berkomitmen juga untuk menjaganya sedemikian rupa agar tidak rusak..,…atau anak cucu kita hanya akan menikmatinya dalam buku sejarah Indonesia ….

ditulis dari berbagai sumber data..

Rabu, 25 Februari 2009

refind....


Prolog :

Masalah kebakaran kembali mengemuka beberapa minggu ini, mulai dari kebakaran hebat di Australia yang memakan banyak korban baik nyawa maupun harta benda, kemudian disusul “serangan” asap dari Riau, NAD dan sekitarnya. Kebakaran di Riau dan NAD terjadi di lahan – lahan tidur yang dibakar untuk disipkan menjadi lahan perkebunan atau pertanian. Asap tebal yang ditimbulkan sempat membuat panik warga, sampai – sampai Bandara terpaksa ditutup karena jarak pandang yang sangat terbatas.

Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah kenapa masih saja solusi membakar menjadi solusi utama dari masyarakat, padahal akibat dari kebakaran tersebut dirasakan juga oleh masyarakat dan tentunya sangat merugikan bagi banyak orang.

Sebenarnya solusi yang lebih baik sudah banyak ditawarkan, yaitu dengan memenfaatkan bahan material yang biasanya dibakar menjadi bahan yang lebih bermanfaat seperti kompos dan briket arang. Dengan solusi ini ditawarkan solusi yang bernilai ekologis dan ekonomis, selain bermanfaat untuk menyuburkan tanah (untuk kompos) dan bahan bakar (untuk briket arang) juga ke depan diharapkan dapat menjadi tambahan pendapatan apabila berhasil dikomersilkan.

Pembuatan kompos:

Pembuatan kompos, pernah ditawarkan oleh kawan – kawan dalam action plan mengatasi sampah, pembuatan kompos juga dapat digunakan untuk mengurangi bahan bakaran yang ada di lahan sehingga menghindari kebakaran hutan dan lahan.

Proses pembuatannya sangat sederhana, hanya dengan mencacah seresah menjadi bahan yang lebih kecil kemudian ditimbun di tanah dapat ditambah dengan kotoran hewan ataupun bekatul, dibuat layer – layer kemudian didiamkan selama sekitar 12 minggu. Proses inipun dapat dipercepat dengan tambahan bioaktifator yang mempercepat pembusukan (misalnya EM4) dengan campuran molase (tetes tebu) kemudian diaduk, dan ditutup dengan plastic agar fermentasi berhasil.

Beberapa hal penting :

Saat ini pembuatan kompos ini ditawarkan menjadi salah satu solusi mengurangi bahan bakaran dalam penyiapan lahan. Diharapkan dengan berkurangnya bahan bakaran dapat mengurangi resiko bertemunya “segitiga api” (baca ; bahan bakar, api dan udara) yang dapat menimbulkan kebakaran.

Saat ini di beberapa contoh lokasi yang telah melakukannya masih memerlukan analisis pemasaran untuk kepentingan komersil, sehingga diharapkan nantinya dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga bagi masyarakat sekitar hutan.

dari berbagai sumber berita dan perjalanan..