
Prolog :
Masalah kebakaran kembali mengemuka beberapa minggu ini, mulai dari kebakaran hebat di Australia yang memakan banyak korban baik nyawa maupun harta benda, kemudian disusul “serangan” asap dari Riau, NAD dan sekitarnya. Kebakaran di Riau dan NAD terjadi di lahan – lahan tidur yang dibakar untuk disipkan menjadi lahan perkebunan atau pertanian. Asap tebal yang ditimbulkan sempat membuat panik warga, sampai – sampai Bandara terpaksa ditutup karena jarak pandang yang sangat terbatas.
Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah kenapa masih saja solusi membakar menjadi solusi utama dari masyarakat, padahal akibat dari kebakaran tersebut dirasakan juga oleh masyarakat dan tentunya sangat merugikan bagi banyak orang.
Sebenarnya solusi yang lebih baik sudah banyak ditawarkan, yaitu dengan memenfaatkan bahan material yang biasanya dibakar menjadi bahan yang lebih bermanfaat seperti kompos dan briket arang. Dengan solusi ini ditawarkan solusi yang bernilai ekologis dan ekonomis, selain bermanfaat untuk menyuburkan tanah (untuk kompos) dan bahan bakar (untuk briket arang) juga ke depan diharapkan dapat menjadi tambahan pendapatan apabila berhasil dikomersilkan.
Pembuatan kompos:
Pembuatan kompos, pernah ditawarkan oleh kawan – kawan dalam action plan mengatasi sampah, pembuatan kompos juga dapat digunakan untuk mengurangi bahan bakaran yang ada di lahan sehingga menghindari kebakaran hutan dan lahan.
Proses pembuatannya sangat sederhana, hanya dengan mencacah seresah menjadi bahan yang lebih kecil kemudian ditimbun di tanah dapat ditambah dengan kotoran hewan ataupun bekatul, dibuat layer – layer kemudian didiamkan selama sekitar 12 minggu. Proses inipun dapat dipercepat dengan tambahan bioaktifator yang mempercepat pembusukan (misalnya EM4) dengan campuran molase (tetes tebu) kemudian diaduk, dan ditutup dengan plastic agar fermentasi berhasil.
Beberapa hal penting :
Saat ini pembuatan kompos ini ditawarkan menjadi salah satu solusi mengurangi bahan bakaran dalam penyiapan lahan. Diharapkan dengan berkurangnya bahan bakaran dapat mengurangi resiko bertemunya “segitiga api” (baca ; bahan bakar, api dan udara) yang dapat menimbulkan kebakaran.
Saat ini di beberapa contoh lokasi yang telah melakukannya masih memerlukan analisis pemasaran untuk kepentingan komersil, sehingga diharapkan nantinya dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga bagi masyarakat sekitar hutan.
dari berbagai sumber berita dan perjalanan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar