Senin, 30 Maret 2009

antara situ gintung dan earth hour



Bencana kembali terjadi di negeri ini, lebih dari 65 orang meninggal dan sekitar 98 orang masih dalam pencarian (Kompas, 28 Maret 2009). Curah hujan yang tinggi tidak mampu ditampung tanggul Situ Gintung Tangerang selatan, seperti tsunami dalam skala yang lebih kecil air bah itu menenggelamkan ribuan rumah dan menghancurkan segala harta benda.

Pada sisi lain,

Tanggal 28 Maret 2009 ini masyarakat dunia melakukan satu gerakan yang dinamai “earth hour”, satu gerakan yang dimulai pada tahun 2007 di kota Sydney ketika pada saat itu 2,2 juta rumah mematikan lampu selama satu jam. Pada tahun berikutnya, ternyata bukan hanya di satu kota itu, gerakan ini mulai mewabah di seluruh dunia. Satu gerakan sederhana, hanya dengan memtikan lampu selam satu jam, diyakini mampu membuat bumi ini sedikit “istirahat” dari pemborosan energy.

Ada apa dengan keduanya,

Mungkin saya terlalu memaksakan untuk mengkaitkan kedua peristiwa ini menjadi suatu perenungan yang mungkin berguna. Curah hujan yang tinggi pada tahun – tahun belakangan ini bisa jadi terkait dengan pemanasan global yang terjadi di bumi kita. Musim menjadi tidak menentu, dan akhirnya merubah banyak hal. Waktu zaman saya duduk di bangku SD, dengan lantang kita akan menjawab bahwa musim di Indonesia ada 2 yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dan keduanya akan berbagi sama rata dalam setahun. Tapi semua ini semakin hari semakin gamang untuk diucapkan, sangat susah saat ini untuk menandai musim, apalagi besarnya curah hujan.
Saya yang bukan ilmuwan hanya berusaha memahami dengan simpul sederhana, dengan bertambahnya suhu bumi, kutub es akan mencair, bila terjadi demikian maka akan bertambah juga tinggi permukaan air laut. Dengan demikian bisa jadi semakin banyak juga penguapan yang akan terjadi dan kahirnya semakin banyak juga awan yang akan terbentuk, dan semakin besarlah curah hujan itu.
Mungkin yang terjadi hari jumat kemarin adalah peringatan yang kesekian kalinya dari Tuhan untuk kita yang makin lupa untuk mensyukuri bumi yang diciptakan Tuhan, kita tidak menjaganya dengan baik. Atau bisa jadi peringatan juga untuk mengoreksi diri, ..mari berpikir, tanggul yang seharusnya mempunyai beberapa lapisan yang tersusun pada dindingnya, kalau kita lihat dalam beberap tayangan televise hanya terlihat satu lapisan tanah yang diumpuk , disusun sedimikian rupa menjadi dinding, kemudian dipakai untuk menampung air.lalu kemana uang proyek yang bermilyar – milyar itu lari??. Lagi – lagi rakyat bisa yang masih terlelap dalam mimpi malamnya yang menjadi korban. Ibu kehilangan anak, anak kehilangan bapak, sahabat kehilangan sahabat.
Earth hour hanyalah langkah kecil, tapi paling tidak menggugah kita untuk berpikir. Jika satu kota Jakarta mematikan lampunya secara bersama selama satu jam saja, maka energy yang akan dihemat sekitar 300MW atau sama dengan mengistrirahatkan satu PLTD, setara dengan menghemat 200 juta rupiah, mengurangi 284 ton CO2 (sumber : WWF-Indonesia). Bagaimana kalau satu Negara ini sepakat…dan kita berharap bumi ini tidak akan semakin panas untuk ditinggali. Mari berpikir.

Sabtu malam setelah mematikan lampu..

Cuplikan kompas.com hari senin 30 Maret 2009 : korban tewa 98 orang, hilang 115 orang