Jumat, 27 Maret 2009

siapa mau jadi kambing hitamnya...


Prolog :
Saat berada di atas udara Palangkaraya – Jakarta saya membaca berita di Media Indonesia lagi – lagi tentang rekor, kali ini tentang di”vonisnya” China sebagai penyumbang emisi terbesar di dunia menggeser Amerika Serikat yang tahun lalu menduduki rangking satu di Dunia. Kemudian saya membaca juga dari Blog teknilogi Indonesia yang menyebutkan pada tahun 2007 Indonesia menduduki rangking ketiga penyumbang emisi ini.
Lanjutan :
Membaca beberapa berita ini mengingatkan kita betapa manusia semakin merasa berkuasa atas dunia ini, sepertinya sudah tidak menimbulkan rasa malu lagi ketika mendapatkan predikat – predikat ini. Dalam berita yang ditulis di Media Indonesia disebutkan China tidak terlalu ambil pusing dengan pemberitaan tersebut, China tidak terlalu menyalahkan industry yang berkembang di negaranya, yang lebih disalahkan adalah adanya konsumsi hasil dari industry tersebut. Kalau kita telaah lebih lanjut, dengan bertambahnya manusia di bumi ini semakin besar pula konsumsi terhadap barang maupun energy, kemudian muncullah industry – industry yang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Industri tidak terlalu memikirkan lingkungan seringkali capaian keuntungan perusahaan lebih dominan menjadi target setiap usahanya. Di Indonesiapun agaknya kecenderungan ini juga terjadi, tumbuhnya industry tidak diimbangi dengan kepedulian terhadap lingkungan, atau mungkin kepedulian sudah tumbuh tetapi untuk “mengejawantahkannya” yang susah, mengingat kebutuhan untuk menimbun keuntungan sebesar – besarnya. Lain lagi dengan bertumbuhnya sector transportasi yang juga menyumbang polusi yang cukup besar, manusia Indonesia dengan gengsinya yang tinggi, memaksakan diri membeli mobil atau sepeda motor dan menambah lagi konsumsi bahan bakar fosil dan tentunya asap knalpot semakin hari semakin banyak mengambang di udara negeri ini.
Perenungan :
Apakah kita akan terus seperti ini, atau kita akan mengambil sikap untuk mulai berbuat. Mengurangi konsumsi dan menghemat energy. Kita menggantungkan harapan pada sikap – sikap ini, mengurangi konsumsi berarti mengurangi produksi juga, mengurangi produksi berarti mengurangi juga polusi (ini pemikiran saya). Mulai menggunakan transportasi masal untuk menghemat penggunaan bahan bakar. Aapapun yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kondisi alam kita..untuk anak cucu kita.

untuk calon anak - anakku