Apabila dirunut ulang, ketika manusia mulai menjelajah dan menguasai benua – benua, kira – kira seberapa banyak pohon – pohon yang akhirnya ditebang dan dijadikan bahan bangunan ataupun kayu bakar, berapa hektar hutan yang ditebang untuk dijadikan sawah, ladang, perkebunan dan perumahan. Kemudian timbul perburuan, baik untuk memenuhi kebutuhan perut ataupun alasan lainnya, mulai dari mamalia besar sampai pada reptilian. Mungkin beratus tahun lalu badak bercula satu masih sering berkeliaran ataupun gajah sumatera masih sering terlihat.
Kemudian berangsur muncul kegiatan manusia yang lebih cerdas dengan bertani, mulai dengan perladangan berpindah yang menggunakan cara pembakaran untuk membersihkan lahan dari semak dan pohon. Seberapa besar kira – kira jumlah serangga dan reptilian yang terusik dengan kegiatan ini, kemudian gajah ataupun harimau yang harus beranjak menyepi di tengah hutan.
Mulailah manusia dengan revolusi industry, mesin –mesin berbahan bakar fosil, mengotori udara sekitar. Berapa banyak jenis burung yang harus mati, dan berpa banyak kupu – kupu yang indah menjadi berdebu dan mati. Berapa banyak jenis hewan yang harus terusik dan menyingkir dalam kekalahan.
Manusia baik secara sengaja maupun tidak menjadi ancaman yang besar bagi kepunahan satwa dan tumbuhan. Manusia yang tidak secara bijak mengeksploitasi alam dan mendominasi kehidupan dengan hukum rimbanya. Lalu apa yang bisa dilihat dan dirasakan oleh anak cucu kita kelak? Gajah sumatera , badak bercula satu, harimau sumatera, orangutan, burung cendrawasih hanya kan menjadi gambar hiasan dinding dan cerita pengantar tidur, tanpa bisa melihat dan mengenal langsung.
Manusia harus mulai bijaksana untuk bertindak dan berani memulai lagi kebijakan yang berpihak pada alam. Tidak ada ruginya apabila pembangunan yang terus melajupun mempunyai prinsip untuk selaras dengan alam. Ya, marilah menjadi manusia yang bijaksana.
Ditulis oleh : ferdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar